der@zino Blog: 2011

Pages

Wednesday, October 5, 2011

Kamera Saku yang Setipis Kartu Nama

Tentu tak benar-benar setipis kartu nama. Tapi, kamera saku terbaru yang diperkenalkan Sony Indonesia bisa dikatakan tertipis saat ini. Sony Cyber-shot TX55 punya ketebalan hanya 1,23 cm.
Sony Cyber-shot TX55 ini mampu mengambil gambar video Full HD AVCHD serta 16, 2 megapixel gambar diam. Produk ini memiliki sensor Exmor R dan teknologi "By Pixel Super Resolution" yang memungkinkan melakukan 10 kali zoom tanpa pengurangan kualitas resolusi.
Debut picture effect untuk Cyber-shot pada seri TX55 membuat pengguna dapat mengedit gambar langsung dari kamera, bahkan sebelum gambar diambil. Berbagai pilihan picture effect seperti HDR Painting, Rich-Tone Monochrome, Miniature, Toy Camera., Partial Colour, dan Soft High-Key dapat langsung dipilih sebelum mengambil gambar.
Pilihan edit gambar melalui touch screen membuat kamera ini lebih mudah digunakan. Bentuknya yang tipis memungkinkan TX55 bisa dibawa dalam dompet atau tas kecil dengan kemampuan mengambil gambar menyerupai kualitas DSLR yang memiliki perangkat besar dan berat.
TX55 adalah kamera Cyber-shot pertama yang mempunyai slot untuk Memory Stick Micro (M2) dan kartu memori flash microSD atau SDHC. Semua kartu dilengkapi software PC gratis (tersedia melalui pengunduhan), juga File Rescue untuk memulihkan file dan foto yang rusak dan hilang, serta x-Pict Story yang menyederhanakan kreasi slideshow foto.
Menggunakan Imaging Processor "Bionz", TX55 dilengkapi exposure compensation plus atau minus 2.0 EV, 1 atau 3 EV step, dan ISO auto, 100, 200, 400, 800, 1600, dan 3200. Kamera ini juga mendukung Shooting mode untuk video, scene selection untuk gambar, dan dilengkapi fitur 3D (3 dimensi) seperti 3D still Image, 3D Sweep Panorama, dan 3D Sweep Multi Angle.
Produk ini akan mulai didistribusikan di Indonesia sejak Oktober 2011.
read_more

Bukan iPhone 5, melainkan iPhone 4S

Generasi terbaru smartphone buatan Apple yang ditunggu-tunggu selama beberapa minggu terakhir ternyata bukan iPhone 5. Tak ada model baru dengan layar lebih lebar atau desain lebih tipis dari iPhone 4 seperti yang dirumorkan. Apple mengumumkan produk terbarunya itu, iPhone 4S, dalam konferensi pers di Cupertino, California, AS, Selasa (4/10/2011).
iPhone 4S merupakan produk pertama yang diluncurkan Apple di bawah kepemimpinan Tim Cook sebagai CEO menggantikan Steve Jobs. Steve Jobs tak muncul sama sekali di panggung. Tim Cook membuka acara dengan memamerkan pencapaian Apple sebelum iPhone 4S diumumkan di puncak acara.
Secara tampilan, sama saja dengan iPhone 4 yang sudah beredar selama hampir setahun dengan ukuran layar dan ketebalan yang sama. Namun, fitur-fiturnya baru, lebih baik dari pendahulunya itu. iPhone 4S menggunakan prosesor dan kartu grafis dual core dengan chip Apple A5 seperti yang digunakan iPad 2 sehingga memberikan kinerja dua kali lipat dan pengalaman akses multimedia tujuh kali lebih kencang.
Kamera iPhone terbaru sesuai prediksi, yakni dengan sensor 8 megapiksel yang menghasilkan gambar dengan ukuran maksimum 3.264 x 2.448 piksel. Yang menarik, dapat merekam video dengan kualitas HD 1080p. Produk ini menggunakan Image Signal Processor baru yang dirancang Apple untuk melakukan pengenalan wajah dan pengenalan white balance 26 persen lebih baik. Lensanya tersusun dari lima lapis sehingga menghasilkan gambar 30 persen lebih tajam dan dilengkapi filter inframerah untuk menghasilkan warna lebih alami. Cuma butuh 1,1 detik untuk pengambilan gambar pertama kali.
Koneksi jaringannya mendukung GSM dan CDMA sekaligus sehingga memberi kemudahan lebih luas kepada pengguna untuk memilih layanan yang diinginkan. iPhone 4S juga sudah langsung menggunakan iOS 5 yang hadir dengan fitur-fitur baru. Kemampuan akses data dengan high speed downlink packet access (HSDPA) juga ditingkatkan dari maksimum 7,2 Mbps di iPhone 4 menjadi 14,4 Mbps di iPhone 4S. iPhone 4S belum mendukung teknologi 4G LTE.
Ini akan menjadi smartphone pertama yang mendukung fitur voice recognition yang diberi nama Siri. Pengguna dapat memberikan perintah ke berbagai menunya seperti memainkan musik, navigasi GPS, dan pencarian kontak. Siri dirancang menjadi asisten pribadi yang membantu pengguna menjawab pertanyaan-pertanyaan secara langsung.
iPhone 4S akan tersedia mulai 14 Oktober 2011 dengan model putih dan hitam dengan harga 199 dollar AS untuk versi 16 GB, 299 dollar AS untuk 32 GB, dan 399 dollar AS untuk 64 GB. Semuanya tentu untuk pembelian dengan kontrak langganan paket data dua tahun di AS. Apple menambah saluran distribusi di AS melalui Sprint Nextel selain AT&T dan Verizon Wireless. Selain AS, pada debut pertama juga akan tersedia di Kanada, Australia, Inggris, Perancis, Jerman, dan Jepang. Menyusul 24 negara lainnya pada 28 Oktober 2011.
Kehadiran iPhone 4S juga bukan model lebih ekonomis seperti rumor yang beredar sebelumnya. Namun, yang pasti strategi Apple tetap sama, yakni begitu produk baru hadir, model yang lama turun harga. iPhone 3GS model 8 GB bahkan diberikan cuma-cuma untuk pelanggan dengan kontrak dua tahun di AS, sedangkan iPhone 4 model 8 GB hanya dibanderol 99 dollar AS dengan kontrak yang sama.
read_more

Wednesday, April 27, 2011

Tengah Malam di Nanjing Road

 
WAKTU setempat telah beranjak ke pukul sepuluh malam saat kereta api bawah tanah berhenti di Stasiun Lujiazui, Shanghai, China. Sebagian penumpang berhamburan keluar, sementara yang masuk segelintir saja.
Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk keluar dari lorong stasiun dan tiba di Nanjing Road, shopping street paling ramai di China. Nanjing Road lebih kurang mirip Malioboro di Yogyakarta. Namun, kawasan tersebut terasa lebih nyaman untuk berjalan-jalan karena memang didesain khusus bagi pejalan kaki dan kondisinya sangat bersih.
Hawa dingin langsung menusuk tulang begitu berada di ruang terbuka Nanjing Road. Maklum, di Shanghai, akhir Februari, masih peralihan dari musim dingin ke musim panas. Jadi, suhu udara pada malam hari 5-10 derajat celsius.
Tulisan nama-nama toko dalam aksara China di papan neon menyala terang penuh warna-warni. Sementara lampu-lampu taman memberikan rona temaram. Bangku permanen yang terbuat dari semen bertebaran menawarkan kelegaan bagi pengunjung yang lelah berjalan atau sekadar ingin duduk-duduk santai menikmati suasana.
Di sepanjang kanan-kiri jalan, berderet toko, supermarket, dan beberapa mal. Sebagian besar bangunan berarsitektur Eropa dan modern. Beragam merek busana terkemuka dan jaringan bisnis waralaba tersedia. Berbagai produk khas buatan China pun tersebar di toko-toko, mulai dari sutra, permata, sampai batu giok.
Baru berjalan kaki 10 menit, seorang pria datang menghampiri. Rupanya ia adalah makelar layanan jasa seks komersial. Dari fisik dan gaya bahasa, tampaknya ia beretnis Melayu. ”Selamat malam. Anda dari mana, Malaysia, Singapura?” sapanya dalam bahasa Melayu, mengawali promosi yang kemudian langsung mengarah pada materi pokok.
Rasanya, setiap berjalan 50 meter, selalu saja ada makelar yang menghampiri. Tampaknya wisatawan mancanegara jadi salah satu target utamanya. Namun, tak semua layanan jasa seks komersial melalui makelar. Ada juga pekerja seks komersial yang berada di keramaian dan langsung menghampiri sasaran dan menawarkan diri.
Di antaranya adalah dua perempuan cantik yang mengenalkan diri sebagai Shusien dan Vinda. Umur mereka sekitar 25 tahun. ”Dari negara mana, mau ke mana? Mau kami temani?” tanya Shusien dalam bahasa Inggris.
Di luar urusan komersial tersebut dan ramainya pengunjung, baik domestik maupun mancanegara, Nanjing Road menyisakan tempat bagi sejumlah tunawisma. Beberapa di antaranya tampak duduk-duduk di bangku semen sambil menenteng tas kumal besar. Mereka rata-rata sudah berusia lanjut.
Di depan lobi Royal Meridien Hotel, seorang tukang semir merangkap tunawisma sibuk mengelap sepatu lusuhnya dengan air kolam taman. Lalu-lalang orang di sekitarnya tak dihiraukan pria berumur 45 tahun itu, termasuk ketika dua polisi melintas.
Park Lane
Cikal bakal Nanjing Road adalah Park Lane, sebuah pusat kegiatan komersial pada masa pendudukan Inggris, 1845. Setelah mengalami penambahan panjang badan jalan sebanyak dua kali, nama Park Lane resmi diubah menjadi Nanking Road oleh otoritas kota Shanghai pada 1862.
Pada 1943, otoritas setempat mengganti nama Nanking Road menjadi East Nanjing Road. Pada saat yang sama, nama Bubbling Well Road juga diganti menjadi West Nanjing Road. Kedua ruas jalan sepanjang total 5 kilometer itu disebut Nanjing Road. Namun, dalam perkembangannya, penyebutan Nanjing Road lebih merujuk pada East Nanjing Road.
Pada 2000, sebagai bagian dari cetak biru pembangunan kota Shanghai, East Nanjing Road direnovasi menjadi kawasan khusus pejalan kaki. Lebarnya 28 meter dan panjangnya 1.200 meter. Kini tak kurang dari 600 gerai beroperasi di jalan itu.
Bicara Nanjing Road tak bisa lepas dari sejarah kota Shanghai yang lahir 700 tahun silam. Berada di mulut Sungai Yangtze, Shanghai menjadi lokasi ideal untuk perdagangan dan Nanjing Road tak pernah keluar dari pusaran dinamikanya.
Pada masa Dinasti Yuan (1271-1368), Shanghai dikembangkan menjadi daerah bisnis perkapalan. Pada Dinasti Ming (1386-1644), Shanghai tumbuh menjadi pusat tekstil nasional dan pelabuhan perdagangan terbesar di China.
Pasca-Perang Opium pada 1843, Shanghai menjadi daerah konsesi yang digilir sejumlah negara penjajah selama 100 tahun. Dimulai dari Inggris (1845), Amerika Serikat (1848), Perancis (1849), International Settlement antara AS dan Inggris, sampai Jepang. Pada periode ini, Shanghai tumbuh menjadi pelabuhan perdagangan yang besar.
Reformasi ekonomi yang dicanangkan Deng Xiaoping pada 1990 memberikan tuah kepada Shanghai. Investasi asing, pasar global, dan kompetisi pada sektor privat secara terbatas tumbuh subur di kota seluas 6.340 kilometer persegi tersebut.
Kini, Shanghai dengan penduduk sekitar 19 juta jiwa menjadi pusat kegiatan perekonomian China sekaligus kota pelabuhan perdagangan paling vital di negara tersebut. Pada 2020, Shanghai bermimpi menjadi pusat kegiatan ekonomi, finansial, perdagangan, dan perkapalan dunia.
Sementara itu, tengah malam sudah lewat di Nanjing Road. Sebagian besar toko telah tutup. Lalu-lalang orang juga sudah surut. Namun, Nanjing Road masih hidup, bukan untuk malam itu saja, tapi selama Shanghai, anak sulung ekonomi pasar sosialis itu, berdenyut.... 
 
Sumber :Kompas Cetak

read_more

FOLLOWERS