der@zino Blog: Spesies Macan Tutul Sunda Ternyata Ada 2

Pages

Monday, January 24, 2011

Spesies Macan Tutul Sunda Ternyata Ada 2

  
Macan tutul Sunda yang tertangkap kamera otomatis yang dipasang lembaga Konservasi Karnivora di Hutan Lindung Tangkulap, Sabah, Malaysia.

 
Kucing besar yang nama ilmiahnya macan tutul Sunda ternyata memiliki dua sub-spesies. Para peneliti baru menyadari adanya spesies baru yang berbeda dari macan tutul yang hidup di Asia, tahun 2007 lalu.
Kini, analisis genetika sudah meyakinkan bahwa kucing itu punya dua ciri berbeda, yang hidup di Sumatera dan Kalimantan.
Macan tutul tergolong kucing besar yang paling sukar dipahami, termasuk singa, harimau, jaguar, macan salju dan macan pada umumnya. Hidup menyebar di Asia Tenggara, hingga China dan India, macan itu memiliki belang seperti awan yang lebih lebar dibanding umumnya macan.
Hingga 2006, semua macan tutul disangka masuk dalam satu spesies saja. Namun, studi genetika menyingkapkan bahwa sebetulnya ada dua spesies macan tutul yang berbeda sama sekali.
Lazimnya diketahui, macan tutul hidup di Asia daratan (Neofelis nebulosa), namun kini para ilmuan emmastikan, ada spesies macan tutul lain yang hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
Macan tutul itu terkenal sebagai macan tutul Sunda (Neofelis diardi), meski sebelumnya dan secara keliru disebut sebagai macan tutul Borneo. Kedua spesies itu diduga terpisah lebih dari satu juta tahun silam.
Sejak 2008, spesies baru itu pun terdaftar di  International Union for the Conservation of Nature.
Pada 2010, sebuah tim ilmuan yang bekerja di Dermakot Forest Reserve, Malaysia mengumumkan jejak kaki pertama kucing besar itu dari alam liar. Dipimpin Mr Andreas Wilting dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research di Berlin, Jerman, para peneliti mendapatkan foto macan tutul Sunda sedang berjalan di jalanan.
Kini, Mr Wilting dan koleganya menerbitkan penelitian baru yang menyingkap lebih jauh tentang kucing misterius itu.
Mereka mengambil sampel dari 15 macan tutul Sunda yang hidup di Borneo, dan 16 ekor yang hidup di Sumatera, untuk melakukan studi molekular dan genetika demi menyingkap asal-usulnya.
Para peneliti juga mengujuk tengkorak 28 macan tutul Sunda dan bulu dari 20 spesimen yang tersimpan di museum, termasuk bulu kucing yang difoto dari Sumatera dan Kalimantan.
"Meskipun kami curiga bahwa macan tutul Sunda di Borneo dan Sumatera terpisah secara geografis sejak Zaman Es terakhir, namun belum diketahui apakah keterpisahan yang lama itu menyebabkan mereka terbagi menjadi sub-spesies yang berbeda," kata Wilting.
Namun, analisis timnya menyatakan, kucing besar itu terbagi menjadi dua, sub-spesies Borneo yang disebut N.d borneensis dan sub-spesies Sumatera yang disebut N.d diardi.
Hasil analisis itu diterbitkan di jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution. Macan tutul dari dua pulau itu berbead secara morfologis, memiliki bentuk unik di tengkorak dan gigi. Belum jelas penyebab macan tutul Sunda berevolusi dalam dua sub spesies itu.
"Sejauh ini, kami hanya dapat berspekulasi tentang peristiwa tertentu dalam evolusi macan tututl itu," kata anggota tim penelitian, Joerns Fickel, juga dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research.
Namun para peniliti menduga, erupsi vulkanik di Sumatera sekitar 75.000 tahun silam yang mempengaruhi perbedaan keduanya kini. Satu kelompok hidup di China dan seluruh benua Asia, kelompok lainnya di Kalimantan, menjadi macan tutul Sunda.

Related Post

0 comments:

Post a Comment

Biasakan untuk menuliskan komentar setelah Anda membaca artikel.

FOLLOWERS