KATARAK memang termasuk penyakit yang tidak bisa diobati. Namun, masih ada jalan untuk mengenyahkannya, salah satunya lewat pembedahan atau operasi.
"Dalam operasi itu, isi lensa mata yang keruh disedot hingga bersih dan diganti dengan lensa buatan atau intraocular lens agar bisa melihat kembali," ujar Upik Mahna Dewi, Dokter Spesialis Mata Klinik Mata Nusantara. Dengan cara ini penderita katarak bisa melihat kembali dengan jelas.
Dalam dunia kedokteran, telah berkembang dua macam teknik pembedahan katarak.
Pertama, teknik extracapsular cataract extraction (ECCE). Ini adalah teknik lama dalam operasi katarak. Teknik ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa mata secara utuh.
Dalam teknik ECE ini, sang dokter membuat sayatan pada permukaan mata (dekat kornea) sebesar ukuran lensa yang akan diambil. Sebagai informasi, ukuran lensa mempunyai tebal sekitar 4 mm hingga 9 mm dengan diameter sebesar 7 mm. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula.
Namun, teknik ini mulai jarang dilakukan lantaran proses penyembuhan luka butuh waktu lama. Selain itu, tindakan operasi dengan ECCE hanya dapat dilakukan bila katarak sudah benar-benar matang, yakni katarak berada pada grade matur dan hipermatur.
Kedua, teknik phacoemulsifikasi. Boleh dibilang teknik ini tergolong baru. Bedanya dengan ECCE, teknik phacoemulsifikasi tak membuat luka sayatan selebar ukuran lensa. Dokter hanya butuh sayatan selebar 1,4 mm sampai 2 mm untuk mengeluarkan lensa.
Prosesnya dengan memasukkan alat yang sangat kecil, seperti jarum, untuk menghancurkan sekaligus menyedot lensa yang keruh. Selanjutnya, pada saat bersamaan lensa yang telah hancur itu disedot keluar dengan bantuan suatu cairan.
Teknik phacoemulsifikasi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ECCE. Jelas, luka sayatan lebih kecil sehingga tak butuh waktu lama untuk recovery atau pemulihan. "Jika luka dari teknik ECCE harus dijahit sehingga butuh waktu untuk penyembuhan luka dan pemulihan penglihatan sekitar satu minggu, teknik yang lebih baru ini hanya butuh waktu satu hari," kata Istiantoro, dokter spesialis mata sekaligus Direktur Jakarta Eye Center.
Selain itu, operasi memakai teknik phacoemulsifikasi bisa dilakukan setiap saat. "Tindakan operasi tak harus menunggu hingga katarak matang," tutur Upik. Operasi bisa langsung dilakukan bila penderita merasa terganggu dalam aktivitas sehari-hari.
"Apalagi, dokter biasanya akan mengharuskan tindakan operasi bila telah ada komplikasi katarak, seperti glaukoma (tekanan bola mata tinggi) atau terjadi peradangan dalam mata atau uveitis," kata Tjahjono D Gondhowiardho, Ketua Umum Perdami.
"Dalam operasi itu, isi lensa mata yang keruh disedot hingga bersih dan diganti dengan lensa buatan atau intraocular lens agar bisa melihat kembali," ujar Upik Mahna Dewi, Dokter Spesialis Mata Klinik Mata Nusantara. Dengan cara ini penderita katarak bisa melihat kembali dengan jelas.
Dalam dunia kedokteran, telah berkembang dua macam teknik pembedahan katarak.
Pertama, teknik extracapsular cataract extraction (ECCE). Ini adalah teknik lama dalam operasi katarak. Teknik ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa mata secara utuh.
Dalam teknik ECE ini, sang dokter membuat sayatan pada permukaan mata (dekat kornea) sebesar ukuran lensa yang akan diambil. Sebagai informasi, ukuran lensa mempunyai tebal sekitar 4 mm hingga 9 mm dengan diameter sebesar 7 mm. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula.
Namun, teknik ini mulai jarang dilakukan lantaran proses penyembuhan luka butuh waktu lama. Selain itu, tindakan operasi dengan ECCE hanya dapat dilakukan bila katarak sudah benar-benar matang, yakni katarak berada pada grade matur dan hipermatur.
Kedua, teknik phacoemulsifikasi. Boleh dibilang teknik ini tergolong baru. Bedanya dengan ECCE, teknik phacoemulsifikasi tak membuat luka sayatan selebar ukuran lensa. Dokter hanya butuh sayatan selebar 1,4 mm sampai 2 mm untuk mengeluarkan lensa.
Prosesnya dengan memasukkan alat yang sangat kecil, seperti jarum, untuk menghancurkan sekaligus menyedot lensa yang keruh. Selanjutnya, pada saat bersamaan lensa yang telah hancur itu disedot keluar dengan bantuan suatu cairan.
Teknik phacoemulsifikasi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ECCE. Jelas, luka sayatan lebih kecil sehingga tak butuh waktu lama untuk recovery atau pemulihan. "Jika luka dari teknik ECCE harus dijahit sehingga butuh waktu untuk penyembuhan luka dan pemulihan penglihatan sekitar satu minggu, teknik yang lebih baru ini hanya butuh waktu satu hari," kata Istiantoro, dokter spesialis mata sekaligus Direktur Jakarta Eye Center.
Selain itu, operasi memakai teknik phacoemulsifikasi bisa dilakukan setiap saat. "Tindakan operasi tak harus menunggu hingga katarak matang," tutur Upik. Operasi bisa langsung dilakukan bila penderita merasa terganggu dalam aktivitas sehari-hari.
"Apalagi, dokter biasanya akan mengharuskan tindakan operasi bila telah ada komplikasi katarak, seperti glaukoma (tekanan bola mata tinggi) atau terjadi peradangan dalam mata atau uveitis," kata Tjahjono D Gondhowiardho, Ketua Umum Perdami.
0 comments:
Post a Comment
Biasakan untuk menuliskan komentar setelah Anda membaca artikel.