der@zino Blog: Ikan Drakula Ditemukan di Sungai Mekong

Pages

Monday, October 11, 2010

Ikan Drakula Ditemukan di Sungai Mekong

 

Sungai Mekong yang melintasi lima negara di Asia Tenggara ternyata begitu banyak menyimpan spesies langka di muka bumi ini. Baru-baru ini para ahli menemukan 145 spesies baru di sungai raksasa itu.

Seperti dilansir Telegraph.co.uk, yang paling menonjol dari spesies langka itu adalah  Tokek Bibir Merah, Ikan Drakula, dan tanaman karnivora setinggi tujuh meter.

Sungai Mekong yang melintasi Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan provinsi Cina selatan Yunnan itu merupakan rumah bagi beberapa spesies yang paling terancam di bumi. Mulai dari harimau dan gajah Asia, lumba-lumba Mekong dan sotong raksasa. 

Katalog hewan dan tumbuhan jenis baru dan  langka itu telah dirilis dalam laporan (WWF) baru World Wildlife Fund. WWF juga menyerukan untuk melindungi keanekaragaman hayati wilayah itu.

Laporan itu menunjukkan bahwa setiap pekan rata-rata tiga spesies baru ditemukan oleh para ilmuwan sepanjang tahun 2009.

Salah satunya adalah ikan drakula. Ikan ini memiliki mata yang melotot hampir keluar dan dua taring tajam yang tumbuh hanya 0,6 inci panjang.

Kenapa disebut drakula, karena dua taring tajam itu seperti layaknya makhluk fiksi drakula yang ditayangkan dalam film. Tetapi ikan ini tidak menghisap darah. Ikan ini mirip ikan sapu-sapu yang terkenal di Indonesia.

Fungsi tubuh ikan ini mirip dengan ikan sapu-sapu, yakni menggunakan tubuhnya untuk menghisap. Fungsinya, agar tubuhnya tetap tidak berubah posisi di bebatuan saat aliran air mengalir kencang. Spesies ikan yang baru ditemukan itu bernama Danionella Dracula.

Hewan lain yang ditemukan adalah 'tokek berlipstik'. Tokek atau cicak raksasa itu memiliki bibir yang merah nan seksi. Ada pula tanaman karnivora yang memiliki perangkap serangga. Tingginya bisa mencapai sekitar tujuh meter.

"Tidak diragukan lagi wilayah ini adalah salah satu yang terkaya dalam hal keanekaragaman hayati, tetapi itu juga salah satu yang paling terancam," kata Stuart Chapman, direktur konservasi WWF regional.
Sumber : VIVAnews

Related Post

0 comments:

Post a Comment

Biasakan untuk menuliskan komentar setelah Anda membaca artikel.

FOLLOWERS

BLOG ARCHIEVES