Museum of Islamic Art di Doha, Qatar.
Oleh: Andreas Maryoto
SAATNYA menempatkan negara-negara di kawasan Teluk Persia sebagai tujuan perjalanan. Uni Emirat Arab telah membangun berbagai kawasan wisata, termasuk wisata padang pasir.
Secuil informasi tentang sebuah museum di dalam majalah Qatar Airways dalam perjalanan Jakarta-Doha cukup menarik perhatian. Museum itu bernama Museum of Islamic Art. Museum of Islamic Art terletak di Taman Al Rumaila yang berada di Teluk Doha. Dari museum ini kita bisa melihat niat besar Doha untuk menjadi pusat seni islami.
”Ya, saya tahu tempat itu,” kata Fuad, sopir taksi, yang mengantar kami berkeliling Doha. Sopir-sopir taksi di Doha dengan mudah mengantar tamunya ke Museum of Islamic Art karena tempat ini memang mempunyai ciri yang khas. Dari kejauhan, bangunan museum yang bergaya Turki itu sudah tampak.
Bangunan yang megah tampak di tengah taman yang indah. Jalan masuk ke museum di bagian tengah dialiri air dan juga jajaran pohon palem sehingga memberikan rasa sejuk. Meski bagi pejalan kaki jarak antara jalan raya dan pintu masuk museum agak jauh, keindahan di sekelilingnya cukup menghibur.
Memasuki museum, pengunjung tak dipungut biaya sepeser pun. Tak banyak museum yang gratis seperti ini. Entah mengapa, ketika petugas mengetahui kami dari Indonesia, ia menyapa kami. ”Apa kabar?” tanya si penjaga museum.
Sedikit obrolan terjadi dengan si penjaga museum itu. Kami kemudian diminta untuk melihat-lihat di bagian bawah, yaitu lantai satu yang berisi ruangan multimedia untuk memandu mengenal museum. Kemudian kami berjalan ke lantai dua yang merupakan tempat berbagai artefak seni islami berdasarkan tema, seperti kaligrafi, figur, dan ilmu pengetahuan.
Di lantai tiga terdapat artefak-artefak yang dipajang berdasarkan tempat dan waktu. Urutan tertua dari periode awal seni Islam pada abad ke-7 sampai ke-12, Iran dan Asia Tengah abad ke-12 sampai ke-14, Mesir dan Suriah abad ke-13 sampai ke-14, hingga India dan Turki abad ke-16 sampai ke-18. Isi museum ini benar-benar menjadi bukti pencapaian seni dunia Islam.
Museum ini dibuka pertama kali pada tahun 2008, yang merupakan realisasi dari mimpi emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, sejak dua dekade sebelumnya. Ia berambisi menjadikan Qatar sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan regional dan internasional.
Museum of Islamic Art adalah satu di antara sejumlah museum yang telah didirikan dan akan dibangun di Qatar. Pemerintah Qatar melihat, saatnya warganya dan juga warga dunia memahami berbagai warisan seni islami. Dunia juga perlu melihat koneksi antara kebudayaan Islam dan kebudayaan dunia yang terus berubah.
Dalam buku mengenai Museum of Islamic Art, Direktur Museum Oliver Watson mengatakan, untuk mereka yang non-Muslim, museum ini juga memperlihatkan betapa Islam bersikap toleran dan progresif mengadopsi dan mengadaptasi ide-ide yang melintasi batas.
Di museum itu juga tengah berlangsung pameran. Pameran itu berjudul ”A Journey into the World of Ottomans”. Pameran ini berisi sejumlah karya seni rupa mulai abad ke-16 hingga abad ke-21, yang menggambarkan situasi Kesultanan Ottoman waktu itu hingga kini menjadi Republik Turki.
Membicarakan Ottoman, kita membicarakan kekhalifahan terakhir yang sangat masyhur di dunia. Ottoman menjadi pusat peradaban Islam berabad-abad dengan berbagai karya seni dan budaya yang masih bisa dinikmati hingga sekarang. Sebagai contoh, kebudayaan minum kopi yang mendunia dan kafe sebagai tempat untuk bersantai lahir dari peradaban Ottoman.
Ottoman yang beribu kota Istanbul ternyata menjadi ajang sejumlah seniman Eropa dalam menuangkan karya mereka. Dalam pameran itulah kita bisa melihat jejak seniman-seniman Eropa membaca kehidupan di Timur pada masa itu. Karya yang tertua adalah lukisan tahun 1510 berupa potret Sultan Mahmud II.
Karya yang menonjol adalah karya Jean-Baptiste Vanmour. Ia adalah seniman Perancis yang menjadi saksi kehidupan Kerajaan Ottoman pada abad ke-18. Dia secara akurat menggambarkan aktivitas di ibu kota kerajaan itu mulai dari aktivitas diplomasi di istana hingga kegiatan sehari-hari di Istanbul. Pameran ini merupakan satu di antara berbagai pameran seni islami yang telah diadakan di Doha.
Doha juga marak dengan berbagai aktivitas seni lainnya. Lelang karya seni makin banyak dilakukan. Lelang-lelang barang seni islami marak. Pada bulan Oktober lalu, sebuah lelang barang-barang seni islami mencapai nilai 40,3 juta dollar AS. Pada pertengahan Desember lalu juga diadakan lelang untuk karya-karya kaligrafi di Doha.
Sudah barang tentu karya-karya kontemporer dari Qatar dan negara-negara kawasan Teluk Persia lainnya juga mulai terangkat. Kalangan seniman mulai melihat Doha sebagai ”pasar” baru untuk karya-karya seni yang sebagian besar bertema islami.
Salah satu seniman yang muncul adalah Sadequain dari Pakistan. Ia membuat napas baru dalam tradisi kaligrafi dan berhasil melelang karyanya dengan harga 60.000-80.000 dollar AS. Karya yang berjudul ”Surah Al-Rahman” ini memukau kalangan pencinta seni di tempat itu.
Doha yang menikmati kemajuan ekonomi karena minyak dan gas kini juga mulai mengalihkan basis ekonominya seperti negara-negara lain di kawasan Teluk Persia. Sepertinya Doha memilih menjadi kota tujuan pariwisata di kawasan itu sekaligus menjadi Kota Seni Islami, tempat bagi mereka yang ingin mengetahui perkembangan seni Islam dari masa ke masa.
Sumber: Kompas Cetak
pengin kesana ach ...
ReplyDelete