Sebenarnya terapi ini bukan barang baru karena sudah diperkenalkan sejak tahun 2009. Namun hingga kini belum banyak layanan kesehatan yang menerapkannya karena memang belum banyak penelitian yang membuktikan efektivitasnya.
Di Inggris, terapi ini hanya diberikan di klinik-klinik alternatif. Rumah sakit pemerintah tidak melayaninya, namun tidak melarang terapi laser selama para perokok yang ingin berhenti dapat merasakan manfaatnya.
"Belum ada cukup bukti untuk merekomendasikan terapi ini. Tapi jika seseorang menemukan cara yang efektif bagi dirinya untuk berhenti merokok, tentu itu sangat bagus karena rokok memicu banyak penyakit dan kematian dini," ungkap juru bicara Departemen Kesehatan Inggris dalam wawancara dengan The Sun.
Salah satu pasien terapi laser yang sukses mengatasi ketagihan rokok adalah Susi Russell, wanita 34 tahun asal Liverpool. Wanita ini merokok sejak umur belasan tahun dan tergolong perokok berat yang tidak bisa memulai harinya tanpa tembakau di pagi hari.
Namun sejak menjalani 2 sesi terapi laser di sebuah klinik di Wimbledon, ia tidak pernah lagi merasa sakau atau ketagihan. Terakhir ia mengunjungi klinik tersebut pada 26 November 2010 dan sejak saat itu ia belum pernah sakaw meski tidak menghisap sebatang rokokpun.
"Sebelumnya saya juga pernah mencoba terapi lain, dengan obat yang membuat saya berhalusinasi, merasa sakit lalu terhipnosis untuk berhenti merokok. Tapi kumat lagi dan baru kali ini bisa berhasil," ungkap Susi seperti dikutip dari The Sun, Jumat (31/12/2010).
Terapi laser diberikan sedikitnya dalam 2 sesi, masing-masing dilakukan dalam waktu 30-60 menit. Tiap sesi berisi penembakan sinar laser berkekuatan rendah ke sejumlah titik di daerah telinga, hidung, lengan dan pergelangan yang cara kerjanya mirip dengan akupunktur.
Salah satu penelitian yang membuktikan efektivitas terapi ini pernah dilakukan di Middlesex University pada tahun 2009. Dari 340 perokok yang diterapi dalam 3-4 sesi, lebih dari 50 persen berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya tanpa mengalami sakaw hingga beberapa bulan kemudian.
detikHealth
0 comments:
Post a Comment
Biasakan untuk menuliskan komentar setelah Anda membaca artikel.